• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MAKNA ADVERBIA TABI TABI, SHIBA SHIBA DAN YOKU DALAM BAHASA JEPANG 日本語の副詞「たびたび」、「しばしば」、「よく」の意味と用法 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS MAKNA ADVERBIA TABI TABI, SHIBA SHIBA DAN YOKU DALAM BAHASA JEPANG 日本語の副詞「たびたび」、「しばしば」、「よく」の意味と用法 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

komunikasi karena dengan bahasa kita dapat bertukar pendapat, gagasan dan ide yang

kita miliki. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Surono (2004:3) yang menyatakan bahwa

bahasa adalah hasil ciptaan manusia yang berfungsi sebagai alat untuk

menyampaikan perasaan dan pikiran seseorang kepada orang lain. Salah satu ilmu

yang mempelajari bahasa adalah linguistik. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari

tentang bahasa. Menurut Chaer (2007:12), linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau

ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.

Linguistik mempunyai beberapa bidang seperti fonologi, morfologi, sintaksis,

pragmatik, semantik, dan lainnya. Dari berbagai bidang linguistik yang ada, dalam

penelitian ini penulis mengacu ke dalam ranah semantik. Semantik adalah cabang

ilmu linguistik yang mengkaji makna. Mulyono (dalam Suwandi, 2006:9)

berpendapat, semantik adalah cabang linguistik yang bertugas menelaah makna kata,

bagaimana mula bukanya, bagaimana perkembangannya, dan apa sebabnya terjadi

(2)

Di dalam semantik terdapat adverbia atau kata keterangan. Keraf (dalam

Satria et al,. 2000:14) menjelaskan bahwa adverbia adalah kata yang memberi

keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, dan seluruh

kalimat. Adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Menurut Matsuoka (dalam

Sudjianto, 2012:165) yang disebut dengan fukushi adalah kata-kata yang

menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lainnya, tidak dapat berubah, dan

berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana atau perasaan

pembicara. Senada dengan Matsuoka, Yuko (1995:6) dan Sudjianto (2012:165)

menyatakan bahwa fukushi bila berada dalam kalimat merupakan kata yang tidak

mengalami perubahan bentuk, seperti halnya perubahan verba atau adjektiva dalam

bahasa Jepang dan fukushi terutamanya menjelaskan predikat.

Sudjianto (2012:165) lebih lanjut menjelaskan bahwa fukushi dengan

sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa mendapat bantuan

dari kata-kata yang lain. Yoogen adalah kelas kata yang termasuk kelompok jiritsugo

(kelas kata yang dapat berdiri sendiri) yang dapat mengalami perubahan dan dapat

menjadi predikat (Sudjianto, 2012:148). Sementara itu, Jidoo Gengo Kenkyuukai

(dalam Sudjianto, 2012:165) juga menyatakan bahwa fukushi tidak dapat menjadi

subjek, predikat, dan pelengkap. Berdasarkan pendapat dari para ahli yang telah

dikemukakakan di atas, dapat disimpulkan bahwa adverbia adalah kata keterangan

yang menerangkan adjektiva, verba dan adverbia lain yang pembentukannya tidak

(3)

Nitta (2002:33) mengemukakan bahwa adverbia bahasa Jepang (fukushi)

dibagi menjadi lima komponen, yaitu kekka no fukushi (adverbia yang menyatakan

hasil), youtai no fukushi (adverbia yang menyatakan situasi ), teido no fukushi

(adverbia yang menyatakan derajat), dan jikan kankei no fukushi (adverbia yang

menyatakan hubungan waktu) dan hindo no fukushi (adverbia yang menyatakan

frekuensi). Dari pengertian di atas, penulis meneliti adverbia yang menunjukkan

frekuensi (hindo no fukushi), yaitu adverbia tabi tabi, shiba shiba dan yoku. Penulis

tertarik meneliti adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku karena ketiga adverbia ini

memiliki makna yang sama, sehingga menyulitkan pemahaman pembelajar asing

dalam belajar bahasa Jepang. Lebih jelasnya dapat dilihat dari contoh kalimat.

Berikut ada beberapa contoh adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku:

(1) あ 人 仕事 たびたびイギリスへ行っ いる (Naoko, 1992:3). Ano / hito / wa / shigoto / de / tabi tabi / Igirisu / e / it- / teiru

Itu / orang/ PKL/ pekerjaan / PKL/ sering / Inggris/ PKL/ pergi/ ASP ‘Orang itu sering pergi ke Inggris karena pekerjaan’

(4)

Pada contoh (1), adverbia tabi tabi menjelaskan kegiatan berkali-kali pada

verba iku ‘pergi’ yang diacu oleh pelaku ano hito ‘orang itu’. Penggunaan kata tabi

tabi pada kalimat di atas menunjukkan bahwa pelaku berkali-kali melakukan kegiatan

pergi ke Inggris karena tuntutan pekerjaan. Pada contoh (2), adverbia shiba shiba

menjelaskan frekuensi berkali-kali pada verba hashiru ’lari’ yang diacu oleh pelaku

karera ‘mereka’. Penggunaan kata shiba shiba pada kalimat di atas menunjukkan

bahwa pelaku melakukan kegiatan berlari berkali-kali dan menjadi suatu kebiasaan

bagi para pelaku. Selanjutnya, pada contoh (3), adverbia yoku menjelaskan frekuensi

berkali-kali pada verba iku ‘pergi’ yang diacu oleh pelaku Matsumoto san ’Bapak

Matsumoto’. Penggunaan kata yoku pada kalimat di atas menunjukkan bahwa pelaku

sering pergi ke Diskotik.

Berdasarkan uraian di atas, tabi tabi, shiba shiba, dan yoku memiliki makna

yang sama (sinonim). Namun, pemakaian tabi tabi, shiba shiba, dan yoku pada

masing-masing contoh kalimat di atas menunjukkan perbedaan tingkat frekuensi.

Sinonim dalam bahasa Jepang disebut ruigigo. Chaer (2007:297) mengemukakan

sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan

makna antara satu ujaran dengan ujaran lainnya. Sementara itu, Kridalaksana (dalam

Suwandi, 2006:8) mengemukakan adanya berbagai ragam makna, yaitu: makna

denotatif, konotatif, hakikat, intense, ekstensi, kognitif, leksikal, gramatikal, luas,

sempit, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan

(5)

leksem itu berdiri sendiri, baik dalam bentuk dasar maupun bentuk derivasi dan

maknanya kurang lebih tetap seperti dalam kamus.

Penelitian tentang sinonim ini menarik untuk diteliti karena dalam bahasa

Jepang terdapat banyak sinonim yang membuat pembelajar asing sering melakukan

kesalahan dalam menggunakan sinonim tersebut. Pendapat ini dikuatkan oleh Sutedi

(2003:104) bahwa dalam bahasa Jepang banyak sinonim (ruigigo) dan sangat sulit

untuk bisa dipadankan ke dalam bahasa Indonesia satu persatu.

Momiyama (dalam Sutedi, 2003:120) memberikan beberapa pemikiran

tentang cara mengidentifikasi sinonim, seperti berikut:

1. Chokkanteki (secara intuitif langsung) bagi para penutur asli dengan berdasarkan

pada pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka

secara langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.

2. beberapa kata jika diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan menjadi suatu kata,

misalnya kata oriru, kudaru, sagara, furu dalam bahasa Indonesia bisa

dipadankan kata <turun>.

3. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna

yang kecil.

4. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan secara bersamaan

(sekaligus).

Dari empat cara yang telah dijelaskan di atas, menurut Momiyama (dalam

(6)

sinonim adalah cara yang kedua. Kendatipun cara ini akan melahirkan suatu

pandangan yang berbeda

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah makna yang terkandung pada adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan

yoku dalam kalimat bahasa Jepang ?

2. Bagaimanakah penggunaan adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku

dalam kalimat bahasa Jepang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan makna yang terkandung pada adverbia tabi tabi, shiba

shiba dan yoku dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Mendeskripsikan penggunaan adverbia tabi tabi, shiba shiba dan yoku

dalam kalimat bahasa Jepang.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(7)

Manfaat secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran

atau sumbangsih tambahan tentang ilmu linguistik bahasa Jepang terutama ke

ranah semantik kepada pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya

yang berkaitan dengan fukushi tabi tabi, shiba shiba, dan yoku.

2. Manfaat Praktis

Bagi pendidik, penelitian mengenai makna dan penggunaan fukushi tabi tabi,

shiba shiba, dan yoku dapat dijadikan referensi pendidik supaya bisa

memberikan penjelasan yang mendetail tentang fukushi tabi tabi, shiba shiba,

dan yoku.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini ruang lingkup yang digunakan terbatas pada semantik

dan sintaksis. Jadi, kalimat-kalimat bahasa Jepang yang terdapat adverbia tabi tabi,

shiba shiba dan yoku akan fokus pada makna masing-masing adverbia serta

mensubtitusikan adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dari segi struktur kalimat.

1.6 Metode Penelitian

Pemecahan masalah tidak terlepas dari metode dan teknik penelitian karena

berhasil tidaknya suatu penelitian dapat diketahui dari pemilihan metode dan teknik

(8)

Suatu penelitian tentulah memiliki tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Dalam

metode penelitian terdapat tiga tahap, yaitu penyediaan data, penyajian data dan

penyajian hasil analisis data.

1.6.1 Tahap Penyediaan Data

Tahap penyediaan data adalah metode awal yang dilakukan penulis untuk

menyajikan suatu data dalam penelitian. Sesuai dengan namanya “penyediaan”, tahap

ini merupakan upaya sang peneliti menyediakan data secukupnya (Sudaryanto,

1993:5). Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode studi pustaka dengan

teknik catat. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kalimat yang

mengandung adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku. Sumber data yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah Asahi Shimbun, Yahoo.Jp, Majalah Nipponia dan Novel

1Q84. Alasan penulis menggunakan sumber data yang telah dipaparkan di ats karena

keempat sumber data tersebut terdapat adverbia tabi tabi, shiba shiba dan yoku dalam

kalimat. Selanjutnya, penulis menyimak satuan-satuan lingual yang berupa kalimat

yang mengandung fukushi tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dari sumber data tersebut.

1.6.2 Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

agih. Metode agih yaitu metode yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa

(9)

yaitu teknik dasar dan teknik langsung. Teknik dasar metode agih disebut dengan

teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL yang membagi satuan lingual datanya

menjadi beberapa bagian lingual yang dimaksud.

Sedangkan, teknik lanjut yang digunakan dalam analisis adverbia tabi tabi,

shiba shiba, dan yoku ini adalah teknik ganti. Menurut Sudaryanto (1993:37), teknik

ganti dilaksanakan dengan menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang

besangkutan dengan “unsur” tertentu yang lain di luar satuan lingual yang

bersangkutan. Kegunaan teknik ganti adalah mengetahui kadar kesamaan adverbia

tabi tabi, shiba shiba, dan yoku.

1.6.3 Tahap Penyajian Analisis Data

Pada tahap penyajian analisis data dilakukan secara informal. Penyajian

informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa dan menggunakan kata-kata yang

mudah dipahami.

1.7 Sistematika Penulisan

Langkah-langkah dalam penelitian ini penulis akan dibagi dalam 4 bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, dan sistematika

(10)

Pada bab ini terdapat tinjauan pustaka dan teori-teori yang akan digunakan sebagai

dasar untuk analissis data.

Bab III Pemaparan Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini terdapat analisis data adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dalam

kalimat bahasa Jepang.

Bab IV Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dan pada bab ini penulis memaparkan hasil analisis

data yang telah diperoleh dalam bentuk kesimpulan serta saran-saran untuk penulis

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen proyek pada proyek pembangunan Villa Bali Air agar sumber daya yang digunakan tidak

Pada saat proses kegiatan belajar mengajar memperlihatkan sesuatu yang kurang baik seperti ketidakpuasan untuk mencoba dan menemukan sendiri suatu konsep dan

Dengan demikian, filsafat ordinary language oleh Wittgenstein lebih menekankan pada aspek pragmatik bahasa, yaitu bagaimana penggunaan suatu istilah atau ungkapan

Pernyataan if diatas akan mengecek apakah data yang terbaca pada Port A (PINA) nilainya lebih dari 0x80 atau tidak, jika ya maka variable dataku diisi dengan nilai PINA

Hasil kegiatan ini dapat meningkatkan ketrampilan mitra dalam menggunakan mesin pengadonan, kapasitas produksi meningkat 87,5 %, produk memiliki permukaan yang

Adapun perasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menceritakan pengalaman siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara dengan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id